Thursday 25 February 2016

TUGAS MANDIRI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FITO I AMYLUM MANIHOT, MAYDIS, SOLANI, ORYZAE, DAN PHASEOLI

TUGAS MANDIRI PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI-FITO I
AMYLUM MANIHOT, MAYDIS, SOLANI, ORYZAE, DAN PHASEOLI


OLEH
NAMA: FATMA ZAHRA
NO. BP : 1404045

DOSEN PEMBIMBING: AFDHIL AREL, M. Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA (STIFI)
YAYASAN PERINTIS
PADANG

2016

A.    AMYLUM MANIHOT
Klasifikasi
Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot utilissima Pohl yang berupa serbuk sangat halus dan putih.
Klasifikasi Tanaman 
Nama Simplisia                : Amylum Manihot  
Sumber: Dok.pribadi
Tanaman Asal                  : Manihot utilissima Pohl
Divisi                                : Magnoliophyta
Sub Divisi                        : Spermatophyta
Kelas                               : Magnoliopsida
Ordo                           :Malpighiales                         
Famili                            : Eliphorbiaceae
Genus                            : Manihot
Spesies                          : Manihot esculenta crantz
Kandungan                    : Amilosa dan amilopektin
Khasiat                         : Bahan penolong untuk sediaan obat
Makroskopis                 : Berupa serbuk berwarna putih dan sangat halus
Mikroskopis                 :Berupa butiran tunggal dan jaringan berkelompok, agak bulat dan                                             persegi banyak, berbentuk   topi baja, hilus terletak di tengah bentuk                                          garis dan bercabang 3 dengan lamela tidak jelas.

Morfologi
Manihot utilissima (Ubi kayu), tergolong tumbuhan berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot utilissima mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun) orbicularis (bulat), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas), dengan margo folii (tepi daun) palmatipartitus (berbagi menjari), apex folii (ujung daun) acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) emarginatus (berlekuk), nervatio (pertulangan daun) palminervis (menjari), permukaan daun laevis dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).
Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu dengan Iodium dimana akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan.

Ekologi
Manihot utilissima berasal dari benua Amerika tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Tanaman ini berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya. Tanaman ini membutuhkan curah hujan berkisar antara 1.500 - 2.500  / tahun. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ubi kayu sekitar 10ºC. Bila suhunya di bawah 10ºC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat dan menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tumbuhan ini sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun. Kelembaban udara optimal antara 60% - 65% dan pH yang dibutuhkan 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10–700 meter di atas permukaan laut, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 meter
di atas permukaan laut, (Teberlinds,  1987).

Proses Produksi amylum manihot
1.      Pengupasan
Dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya.
2.      Pencucian
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
3.      Pemarutan
             Pemarutan bertujuan untuk memecah singkong agar lebih mudah diproses lebih lanjut
4.      Pemerasan/Ekstraksi
             Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan be
   Ø  Penjemuran
    Setelah endapan dikumpulkan, pati lalu dijemur di atas lembaran plastik          atau tampah dari bambu untuk dijemur selama lebih kurang 48 jam hingga              didapatkan MC ( moisture content ) = 14 %
Ø  Pengeringan Hibrid
Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur selama 1 hari lalu ditambah             alat bantu misalnya oven atupun dengan cara mengalirkan udara panas ke            area pengeringan indor
Ø  Pengeringan Mekanis
    Pengeringan dengan 100 % menggunakan mesin yang digerakkan oleh                    generator atau listrik

Kegunaan Pati Manihot
Efek farmakologis dari ubi kayu adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Umbi ubi kayu memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C, dan amilum.  Di Indonesia, umbi ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

B.     AMYLUM MAYDIS
Klasifikasi
Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L yang berupa serbuk sangat halus dan putih.
Nama Simplisia                       : Amylum Maydis
Tanaman Asal                         : Zea mays         
Sumber: Dok.pribadi
Divisi                                       : Spermatophyta
Sub Divisi                               : Angiospermae
Kelas                                       : Monokotiledonae
Ordo                                        : Poales
Famili                                      : Poaceae
Genus                                      : Zea
Spesies                                    : Zea Mays
Kandungan                             : Karbohidrat,                                                                           vitamin                                                                                 Serat, Air dan Fosfat
Khasiat                                    : Zat tambahan dan                                                                                                                            penolong obat
Makroskopis                            : Berupa serbuk berwarna putih
Mikroskopis                            : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butiran pati ada yang                                                          bergerombol dan ada yang tunggal hilus terlihat.

Morfologi
Rumput berumah satu, tegak, dengan sistem perakaran terdiri dari akar serabut. Batang biasanya tunggal. Daun tumbuh berseling pada sisi yang berlainan pada buku, dengan helaian daun yang bertumpang tindih, aurikel diatas; helaian daun memita-memanjang. Perbungaan jantan dan betina terpisah pada satu tumbuhan yang sama; bunga jantan merupakan malai terminal. Perbuahan yang masak dalam bentuk tongkol.Bijinya biasanya lonjong, warna bervariasi dari putih hingga kuning, merah atau keunguan hingga hitam.
           
            Ekologi
jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan kelembaban mencukupi. Daerah penyebaran di daerah tropis dan subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu khusus antara 21-30°C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum untuk perkecambahan adalah 10°C. Tanaman ini memerlukan temperatur harian rata-rata sekurang-kurangnya 20°C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara 50°LU hingga 40°LS dan pada ketinggian hingga 3000 m di daerah equator. Pada garis lintang yang lebih tinggi, diatas 58°LU. Jagung akan sangat sensitif pada tekanan kelembaban pada saat pertumbuhan bunga jantan dan penyerbukan. Pada waktu penanaman juga memerlukan kondisi kelembaban optimum. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 600-900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, tetapi suks pada yang memiliki drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam pada tanah ber pH antara 5-8, tapi optimal pada 5.5-7. Jagung termasuk ke dalam kelompok tanaman yang tidak tahan pada kadar garam

            Proses Produksi Amylum Jagung
1.      Pembersihan
Jagung dibersihkan dari debu, kerikil, pasir atau potongan tongkol. Pembersihan dapat dilakukan dengan penyedotan atau penyaringan
2.      Perendaman dan pengupasan
Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji jagung, sehingga memudahkan pemisahan kulit dan lembaga tanpa banyak kehilangan pati. Selain itu perendaman dapat mereduksi kegiatan bakteri yang akan memasuki proses penggilingan dan dapat menghilangkan bagian yang larut pada biji. Perendaman dilakukan pada tangki/bak berlapis porselin, atau stainless steel. Suhu perendaman antara 45-50oC untuk menghindarkan terbentuknya alkohol karena proses fermentasi oleh khamir. Pada proses perendaman, air dalam tangki diberi sedikit SO2 0,1-0,5% . Penggunaan SO2 bertujuan untuk membantu pelepasan pati dari endosperm dengan melonggarkan ikatan matriks protein. Lamanya perendaman sekitar 30-40 jam. Setelah perendaman tersebut, jagung menjadi lunak dan selanjutnya kulitnya dapat dikupas dengan mudah (Agustin, Z.K. dkk, 2005).
3.      Pemisahan lembaga
Pemisahan lembaga menggunakan alat pemisah lembaga dari butir jagung (germ separator). Alat tersebut bekerja dengan screw conveyor dan pedal yang berputar pada bagian atas tangki. Pedal yang berputar, berfungsi menumpahkan kearah luar dari lembaga dan beberapa serat kulit yang mengapung. Bagian yang berat akan mengendap dan oleh screw conveyor didorong keluar melalui lubang bawah. Butir jagung kasar kemudian dikeringkan untuk membuat maizena, sedangkan lembaganya dibuat minyak jagung.
4.      Ekstraksi pati
Ekstraksi pati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kering dan basah. Cara kering dilakukan dengan cara jagung pipilan yang telah dikeringkan digiling hingga menjadi tepung. Tepung jagung direndam dalam larutan NaOH 0,1% untuk menghilangkan protein. Selama perendaman dilakukan pengadukan beberapa kali. Campuran dibiarkan pada suhu ruang sampai patinya mengendap (±3 jam) dan cairannya merupakan larutan protein dalam NaOH. Cairan selanjutnya dipisahkan dari butir-butir pati dan pati dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa NaOH dimana protein yang masih melekat. Cara basah, jagung yang sudah dipisahkan dari kulit dan lembaganya langsung digiling sehingga 50dihasilkan bubur jagung. Bubur jagung disaring dengan saringan mesh 80 untuk memisahkan butir-butir pati dari bagian yang masih terlalu kasar. Pati didalam air saringan dibiarkan mengendap seperti pada pembuatan tapioka, atau langsung direndam di dalam larutan NaOH 0,1 % sambil diaduk-aduk dan dibiarkan mengendap. Cairan selanjutnya dipisahkan dari butir-butir pati dan pati dicuci dengan air dari sisa-sisa NaOH dan protein.
5.      Pengeringan
Hasil ekstraksi berupa endapan pati yang keras. Endapan tersebut lalu diambil, berupa bongkahan atau gumpalan pati basah, selanjutnya dikeringkan hingga kadar air sekitar 14%.
6.      Penggilingan dan pengayakan
Penggilingan dan pengayakan bertujuan untuk menghaluskan bongkahan pati jagung kasar menjadi pati halus. Penggilingan pati dilakukan 2 s/d 4 kali. Alat penggilingan dilengkapi dengan alat pengayakan yang berukuran 80-100 mesh. Alat penggiling dan alat pengayak digerakkan oleh mesin diesel sehingga pati halus akan terpisah dari yang masih kasar, kemudian pati yang masih kasar digiling lagi begitu seterusnya hingga diperoleh maizena halus. Sebelum masuk proses pengayakan, jagung yang telah digiling halus perlu diturunkan suhunya agar memudahkan dalam pengayakan.
7.      Pengemasan dan penyimpanan

Kegunaan Amylum Jagung
1.      Zat tambahan
2.      Bahan dalam pembuatan obat
3.      Bahan makanan

C.    AMYLUM SOLANI
Klasifikasi

Sumber: Dok.pribadi
Nama simplisia : amylum solani
Tanaman asal : Solanum tuberosum L.                                  Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Solanum
Spesies: Solanum tuberosum L.

Morfologi
Tumbuhan terna dengan banyak cabang, tegak, umbi berbentuk membulat hingga menjorong, warnanya sangat beragam, kulit umbi bersisik atau halus, biasanya terdapat beberapa mata tunas.Batang biasanya berongga, bersayap. Daun berseling, bertangkai, majemuk menyirip gasal, dengan atau tanpa banyak pinak daun, pinak daun samping berhadapan atau berseling, membundar telur hingga menjorong-membundar telur, pinak daun yang terkecil agak duduk, berbentuk membundar telur hingga agak membundar, pinak daun ujung biasanya yang terbesar. Semua pinak daun berbulu padat, berwarna hijau gelap, berurat daun menyirip. Perbungaan malai.Bunga putih atau putih ditutupi dengan merah jambu atau ungu, ditengah kuning kehijauan; kelopak menggenta, bagian luar berbulu; mahkota bagian luar berbulu. Buah buni agak membulat, berwarna hijau-kuning, berbiji banyak, beracun.Biji pipih, berbentuk agak membundar hingga membundar telur, berwarna kuning pucat kecoklatan.

Ekologi
         Menurut sejarahnya, kentang berasal dari lembah-lembang dataran tinggi di Chili, Peru, dan Meksiko. Jenis tersebut diperkenalkan bangsa Spanyol dari Peru ke Eropa sejak tahun 1565. Semenjak itulah, kentang menyebar ke negara-negara lain -termasuk Indonesia-. Menurut catatan awal di Indonesia, tumbuhan ini mulai ada semenjak tahun 1794, dimulai dengan penanaman di sekitar Cimahi.[1] Semenjak itu, kentang dapat ditemui pula di Priangan dan Gunung Tengger. Pada tahun 1812, kentang sudah dikenal dan dijual di Kedu. Sedangkan, diSumatera tumbuhan ini dikenal setahun sebelumnya, 1811. Kentang tumbuh di pegunungan dengan ketinggian antara 1000 mdpl hingga 2000 mdpl, pada tanah humus. Tanah bekas letusan gunung berapi yang berstruktur remah lebih disukai.[1


Proses produksi amylum solanum

1. Kentang disortasi untuk menghilangkan kotoran dan benda asing yang tertempel pada kentang.

2. Setelah kentang disortasi kemudian dilakukan trimming dimana kentang dikupas dari kulitnya.

3. Kentang yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air bersih agar kotorannya hilang dan kentang menjadi bersih.

4. Setelah kentang dibersihkan kemudian kentang ditimbang untuk mengetahui berat basisnya.

5. Kentang diris-iris tipis dengan menggunakan alat slicer agar kentang mudah untuk dikeringkan pada saat tahap pengeringan

6. dilakukan perendaman dengan natrium bisufit

7. ditiriskan dan disusun dalam masing-masing tray untuk dikeringkan.

8.  Setelah kentang disusun dalam tray kemudian dikeringakn dalam alat tunnel dryer selama      6-7 jam.

9. Setelah kentang kering kemudian kentang di tumbuk atau dihancurkan dengan blander agar kentang kering tersebut menjadi tepung.

10. Tepung kentang yang dihasilakn kemudian diayak agar bentuk butiran tepungnya seragam

11.  Setelah tepung kentang diayak. Sehingga terbentuklah pati kentang.

 

Kegunaan Dalam Bidang Farmasi
Tepung kentang ini banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan snack, makanan bayi, mie instan, saus, makanan rendah kalori, makanan ternak. Selain itu tepung kentang ini juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan, pembalut wanita, kapsul untuk industri obat-obatan , kertas dan bahan-bahan bangunan dalam industri tekstil (Diputri, 2009).
           
D.    AMYLUM ORYZAE
Klasifikasi
Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L yang berupa serbuk sangat halus dan putih.
Nama Simplisia                       : Amylum Oryzae
Sumber: Dok.pribadi
Tanaman Asal                         : Oryza sativa              
Divisi                                       : Magnoliophyta
Sub Divisi                               : Spermatophyta
Kelas                                       : Liliopsida
Ordo                                        : Poales                       
Famili                                      : Poaceae
Genus                                      : Oryzae
Spesies                                    : Oryza Sativa L
Kandungan                             : Amilosa dan amilosa perkati, air, abu
Khasiat                                    : Bahan penolong untuk sediaan obat dan zat tambahan
Makroskopis                            : Berupa serbuk berwarna putih dan sangat halus
Mikroskopis                            : Terlihat butiran persegi banyak, tunggal atau majemuk, hilus tidak terlihat jelas dan tidak ada lamella konsentrasi.

Morfologi
Tanaman semak semusim ini berbatang basah, tingginya 50cm – 1,5 m. batang tegak, lunak, bertuas, berongga, kasar warna hijau. daun tunggal berbentuk pita yang panjangnnya15-30 cm, lebar mencapai 2 cm, perabaan kasar, ujung runcing, tepi rata, berpelepah, pertulangan sejajar, hijau. bungan majemuk berbentuk malai. Buahnya buah batu, terjurai pada tangkai, warna hijau, setelah tua menjadi kuning. Biji keras, bulat telur, putih atau merah (Dalimartha, 1999).

Ekologi
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7.

Proses Produksi Amylum Oryzae
1.Cuci bersih beras sampai bersih.
2. Rendam beras selama 2 – 3 jam kemudian tiriskan.
3. Setelah benar-benar tiris, sangrai di atas wajan hingga kering dan setengah matang.
4. Blender kering beras (tanpa air). Bisa juga ditumbuk hingga halus.
5. Ayak/saring, hingga mendapatkan tepung.
6. Butiran yang tidak lolos saring, diblender kemudian diayak/disaring lagi.
7. Simpan tepung yang sudah jadi di wadah tertutup dan kedap udara.

Kegunaan Dalam Bidang Farmasi
1.    kebutuhan gizi, demulcent, perlindungan, dan yang bersifat menghisap/membalut
2.    preparasi penaburan bedaktalkum dalam aplikasinya ke kulit
3.     penawar keracunaniodin
4.     agen penghancur dalam pil dan tablet
5.    diluent ekstrak padatan dalam obat.
6.  membantu diagnosa dalam identifikasi obat secarakasar dan merupakan indikator titrasi iodometri.
7.     penghilang rasa sakit dan dasar pembuatan suppositoria.
8.   Pati juga merupakan material awal produksi komersial dari glukosa cair, dekstrosa, dan dekstrin.
9.      Patidalam industri berguna sebagai perekat kertas dan pakaian

E.     AMYLUM PHASEOLI
Klasifikasi
Sumber: Dok.pribadi
Nama Simplisia                      : Amylum Phaseoli
Tanaman Asal                        : Paseolus radiatus L         
Divisi                                       : Magnoliophyta
Sub Divisi                                : Spermatophyta
Kelas                                        : Magnoliopsida
Ordo                                        : Fabales                     
Famili                                       : Fabaceae
Genus                                      : Maseulus
Spesies                                    : Paseolus Radiatus
Kandungan                             : Protein, kalium, fosfor
Khasiat                                    : Memperkuat tulang, pertumbuhan dan antioksidan
Makroskopis                            : Daun yang berwarna hijau berbentuk jagung dan ujung
kuning. Pinggir rata kedua sisi sedikit berambut panjang.
Mikroskopis                            : Pada penompang melintang melalui daun tampak epidermis atas dan epidermis bawah. Terdiri dari satu lapis berbentuk segiempat memnjang dan stomata, rambut penutup dan rambut kelenjar.

Morfologi
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Batang dan cabangnya berwarna hijau dan ada juga yang ungu. Daun nya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacangan lainnya. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.

Ekologi
Kacang hijau merupakan tanaman yang dapat tumbuh disemua wilayah di Indonesia. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di segala macam tanah, namun dapat tumbuh optimal pada tanah berliat tinggi, kaya bahan organik dan sistem drainase yang baik. Di awal pertumbuhan kacang hijau memerlukan keadaan tanah yang lembab untuk hidup, sedangkan di masa pergantian dari vegetatif ke generatif hingga biji masak memerlukan satu masa kering. Tanaman kacang hijau lebih tahan kering dibandingkan jenis tanaman kacang-kacangan lainnya (Marzuki, 1977 dalam Puspitasari, 1991). Tanaman kacang hijau mampu tumbuh di dataran rendah sampai di daerah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan optimum kacang hijau dapat tercapai pada suhu 28−30oC, kelembaban udara 50−80%, pH 5,8−6,5, curah hujan 50−200 mm bulan-1 dengan sinar matahari yang cukup (Najiyati dan Danarti, 2000)

Proses produksi amylum
1.Cuci bersih kacang hijau sampai bersih.
2. Rendam kacang hijau selama 2 – 3 jam kemudian tiriskan.
3. Setelah benar-benar tiris, sangrai di atas wajan hingga kering dan setengah matang.
4. Blender kering kacang hijau (tanpa air). Bisa juga ditumbuk hingga halus.
5. Ayak/saring, hingga mendapatkan tepung.
6. Butiran yang tidak lolos saring, diblender kemudian diayak/disaring lagi.
7. Simpan tepung yang sudah jadi di wadah tertutup dan kedap udara.

Kegunaan dalam bidang farmasi
1.      kebutuhan gizi, demulcent, perlindungan, dan yang bersifat menghisap/membalut
2.      preparasi penaburan bedaktalkum dalam aplikasinya ke kulit
3.      penawar keracunaniodin
4.      agen penghancur dalam pil dan tablet
5.      diluent ekstrak padatan dalam obat.
6.   membantu diagnosa dalam identifikasi obat secarakasar dan merupakan indikator titrasi iodometri.
7.      penghilang rasa sakit dan dasar pembuatan suppositoria.
8.   Pati juga merupakan material awal produksi komersial dari glukosa cair, dekstrosa, dan dekstrin.
9.      Patidalam industri berguna sebagai perekat kertas dan pakaian

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik  Indonesia, Jakarta, 108, 449 
Beckles, Diane. 2010. http://www.plantsciences.ucdavis.edu/beckles/starch.html. diakses pada tanggal 20 Ferbruari 2016
Harborne, J.B. 1987. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB.
https://www.academia.edu/6772956/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOGNOSI_IDENTIFIKASI_AMILUM_SECARA_KIMIAWI_DAN_MIKROSKOPI_utri, Yullyndra T., (2009), diakses pada tanggal 20 Ferbruari 2016
http://digilib.unila.ac.id/11355/13/BAB%20II.pdf  diakses pada tanggal 20 Ferbruari 2016
 Pengolahan Tepung Kentang, http://www.bbpp-lembang.info/index.php, diakses pada tanggal 20 Ferbruari 2016
Whistler, R., Bemiller, J.N., Paschall, E., 1984, Starch: Chemistry and  Technology, 2 nd  , Academic Press Inc, London: 88, 516, 524
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia